Friday, 24 May 2013

Kisah ini telah menjadi kisah

Tuhan...
Di ujung persinggahan ku merajuk padamu...
Melalui bait-bait do'a...
Kini kisah ini terkoyak...
Hancur...Bahkan berkeping-keping...
Entah siapa yang memulai pertikaian...
Yang pasti kini bukan lagi menikai tapi menikam.

Tuhan...
Kau lebih tahu...
Dari dia dan mereka yang tahu...
Tahu hanya sebatas tahu...
Tanpa memberi tahu...
Dan tak mencoba mencari tahu.

Tuhan...
Kini hanya alam yang menjadi curahan jiwa...
Tanpa memahami dan tak bisa mengerti...
Di satu sisi,kini seperti malaikat riang...
Sisi lain bertopeng iblis jahanam.

Tuhan...
Kisah ini telah benar-benar menjadi kisah...
Kisah yangh akan terkisahkan...
Kisah yang dipisahkan oleh kisah lain...
Biarlah,kisah yang manapun yang akan berakhir senyum...
Kisah ini akan menjadi kisah untuk ku sendiri.



Share:

Thursday, 23 May 2013

'Teman yang nakal' kalian,berlogika kenakalan teman-teman 'teman yang nakal'

Orang sering bilang 'masa SLTA adalah masa terindah bagi pelajar', masa putih abu-abu memang selalu identik dengan kesenangan,mengetahui hal baru,ke-absurd-an dan persahabatan. Saya mengakui dan mengalami juga,mengiyakan bahwa masa itu memang sangat meyenangkan untuk dijalani dan dijadikan kenangan.
Masa dimana kita tumbuh berkembang,baik segi fisik,pemikiran dan pemahaman,kadang kita lupa akan batasan norma dan etika,malah kita larut terbuai terlalu dasar dilembah kesenangan dan lupa apa arti proses pertumbuhan itu,lupa bahwa kita punya mimpi yang harus kita capai,lupa bahwa masa SLTA adalah untuk pengembangan diri bukan merusak diri.
Saya adalah orang yang dibesarkan dari keluarga yang 'terkonsep',dalam arti kedua orang tua saya sudah punya jalan dan tujuan untuk hidup saya tanpa mengontrol sepenuh-nya,kedua orang tua saya sudah tahu saya akan sekolah di SLTP mana ketika saya masih kelas 5 SD,ketika SLTP awal kelas 3,beliau sudah menyarankan beberapa sekolah untuk SLTA nanti dan ketika lulus SLTA.saya di beri kebebasan untuk menentukan dimana saya akan kuliah. Dalam arti,saya terkonsep dalam tatanan belajar dan cara hidup, itu menjadi pelajaran dan kepribadan dalam diri saya sampai saat ini.

Back to track...
Ketika masa SLTA,saya pun sama melewati masa-masa indah putih abu-abu,saya bahkan bisa dikatakan pelajar yang lepas kontrol,lupa akan kewajiban belajar,bolos mata pelajaran hanya untuk nongkrong sama temen se-Gank,masuk list raport merah di catatan sang guru BP dan cap sebagai anak nakal  yang tidak punya masa depan sukses oleh teman sekelas. Ya,tindakan yang sangat tidak dianjurkan dan di contoh.

Namun,semua orang tak pernah tahu isi suara hati orang lain....
Semua yang saya lakukan waktu SLTA memang sudah ada direncana konsep kehidupan saya,saya tidak menjadikan waktu SLTA untuk giat belajar,ini memang aneh dan nyeleneh tapi saya memang tak mengada-ngada,saya jadikan waktu SLTA untuk proses belajar berinteraksi dan memahami lingkungan,belajar mengerti arti bermasyarakat dan pertemanan,belajar cara menghadapi situasi dengan beragam karakter dan sifat manusia. Inti-nya saya belajar untuk proses kehidupan,transisi dari masa kekanakan ke pen-dewasaan bukan belajar untuk pelajaran dalam kelas.

Ada beberapa alasan saya melakukan konsep nyeleneh tadi...
-- Sekolah SLTA saya,sangat amat jauh dari standar pendidikan tingkat tersebut,baik fasilitas,tenaga pengajar dan system peraturan pun. Bayangkan selama 3 tahun saya bersekolah,saya hanya pernah 6 kali masuk ke lab.Komputer untuk praktek dan....Ah,sudahlah...saya tidak sampai hati meng-kritik Almamater yang saya cintai,ini hanya sebagai referensi kritikan untuk kemajuan almamater saya.{semoga ada yang baca}.
--Study waktu SLTA rata-rata pengulangan Study waktu SLTP,silahkan cek buku masing-masing atau lihat RPP Kurikulum,hanya saja dibahas lebih detail.
-- System pengajaran yang sangat tidak masuk akal, 80% materi 20% praktek,itupun tanpa kurikulum yang jelas,siswa tidak tahu indek prestasi tiap pengajar. Saya waktu SLTP terbiasa dengan Kurikulum dan indek prestasi pasti akan down.

Dengan kenakalan saya waktu SLTA,banyak teman-teman saya yang men-cap saya sebagai orang yang tidak akan punya masa depan cerah dan sukses,rata-rata mereka adalah 'kaum' kutu buku.
Mereka yang mencap saya adalah 'kaum ningrat' di kelas,kepercayaan guru,temen bagi buku dengan embel OSIS/MPK diseragam sekolah-nya. Mereka yang pasti orang tua-nya bangga karna setiap semester terpampang nilai diatas rata-rata di raport-nya. YA,mereka calon orang-orang sukses.

Tahun berganti,proses hidup berjalan,gadget ada dimana-mana,sosial media sudah menjadi tren,yang dulu SLTP sudah menjadi lulusan SLTA,yang dulu SLTA kini bersiap Pra Wisuda D3.
Waktu berjalan dengan cepat-nya,membunuh manusia yang diam diri dan termenung,mengelabui manusia yang senang dengan kejayaan masa lalu,meninggalkan manusia yang tidak berpaju bersama proses dan menenggelamkan manusia ke limbo bagi mereka yang hanya membanggakan masa lalu-nya.
Benar,kita akan di bunuh waktu jika kita hanya mengenang kesuksesan masa lalu dan lupa apa yang sekarang kita miliki,kita akan jauh tertinggal jika kita hanya berteriak 'dulu saya....' dan ketika orang lain bertanya 'sekarang kamu jadi apa'??? kita hanya bisa menceritakan prestasi masa lalu yang sekarang hanya puing-puing bobrok dengan larva-nya.

Banyak teman satu sekolah saya yang dulu berprestasi sekarang hanya jadi 'santapan waktu'...
Mereka yang dulu begitu terlihat akan mudah meraih pintu sukses kini terjebak di labirin kenangan...
Mereka yang dulu sangat aktif ber-organisasi kini hanya jadi penyokong dibelakang orang lain...
Mereka yang dulu sangat kritis pada keresahan dan ketidak selarasan kini hanya jadi kacung trend masa...
Mereka yang dulu selalu aktif di kelas kini hanya jadi serdadu dosen...
Mereka yang dulu sangat terlihat idealis sekarang mulai terkikis oleh kebimbangan...
Mereka yang dulu mencap saya tidak akan sukses,sekarang mereka bertanya ke saya 'apa itu sukses'?
Mereka yang dulu mencemooh 'teman yang nakal' kini mengikuti logika 'teman yang nakal'...

Untuk apa mengabdi jika tak sepenuh-nya...
Untuk apa berbakti jika tak setulus hati...
Untuk apa prestasi jika tak dipertahankan...
Buat apa dibanggakan kalau hanya masa lalu...
Buat apa dipertontonkan kalau hanya imajinasi semu...
Buat apa kesuksesan kalau tidak continue...
Apa arti-nya jika menilai buruk tapi melakukan...
Apa arti-nya jika hanya akan meraih tapi tidak teraih...
Apa arti-nya hidup tanpa proses dan hasil akhir.

Saya tidak mengatakan bahwa saya sekarang telah sukses dan telah meraih mimpi...
Saya tidak bermaksud bahwa konsep dan cara saya paling baik dari semua teman sekolah saya dan orang lain...
Saya tidak berteriak bahwa hanya saya yang bisa dan kini meraih sukses dan prestasi...
Saya hanya ingin katakan,bahwa semua ada proses dan masa transisi.
Orang kadang lupa bahwa setiap manusia punya cara tersendiri dalam menjalani belajar,bersosial,berinteraksi,berpenampilan dan meraih kebahagian.
Orang kadang hanya melihat kita hari ini tanpa melihat potensi kita untuk hari esok.
Orang juga lupa bahwa apa yang kita raih hari ini belum pasti esok masih milik kita.
Konsep,proses,berkelanjutan dan melihat peluang adalah kunci bahagia.


So...Inilah saya yang dulu,bagi kalian 'teman yang nakal'...
Kini kalian mengikuti logika 'teman yang nakal'...
'Teman yang nakal' ini telah berlogika tentang kenakalan orang-orang yang berucap 'teman yang nakal'...
Silahkan berteori bahwa nakal akan dicap julukan 'teman yang nakal'...
Namun hukum alam berbicara 'teman yang nakal' ini,yang kini mencap kalian 'teman yang nakal'.








Share:

Tuesday, 14 May 2013

Waktu dan Umur,,sama?


Waktu adalah bagian terpenting yang dimiliki seseorang.
Umur adalah tolak ukur,seberapa waktu yang kita miliki.
Umur bukanlah landasan waktu,waktu bisa lebih bermakna dari umur.

Apa yang kita lakukan,apa yang kita miliki,apa yang menjadi pekerjaan kita adalah proses waktu dan umur hanya cara perbandingan untuk semuanya.

Contoh simple adalah :
-Seorang pemuda yang berumur kisaran 20 tahun dan telah memiliki pekerjaan  mapan,pendidikan tinggi,otak yang jenius dan memberi dampak positif bagi keluarga dan lingkungan,akan dikatakan SUKSES oleh sebagian orang dan memang itu sudah hukum alam.Namun

coba kita bandingkan.

-Seorang yang dianggap tua,kisaran umur 35 tahun.Dia memiliki pekerjaan yang mapan,dengan pendidikan yang mumpuni,otak masih lumayan cekatan,sudah memberi nilai positif bagi keluarga dan lingkungannnya,akan dianggap 'LAMBAT SUKSES' oleh kebanyakan orang.Jika kita bandingkan semuannya sama,sama apa yang dimiliki,dipunyai dan dampaknya namun jika ditelaah perbedaannya hanya satu 'UMUR'.

Ya umur bisa jadi pertimbangan untuk kata 'SUKSES'.Kita terlalu kejam,kita lupa dengan cara dan proses perpindahan waktu,kita hanya fokus pada umur tanpa melihat waktu.
Tanpa menilai betapa lebih berharga waktu dari umur,kita terlalu sering membandingkan seseorang dari umurnya bukan waktunya.
Apa gunanya umur panjang,jika waktu yang bermamfaat hanya sedikit,apa yang dibanggakan dari umur yang tua tapi taraf masih seperti bayi.

Konsekuensi-nya sebuah ulang tahun yang tanpa ada yang dibanggakan dari datangnya umur yang panjang.
Ibarat senang karna ulang tahun dan berumur panjang namun tidak tahu apa yang selama hidup bermamfaat bagi diri dan orang lain.

Demi masa,kita memang benar-benar merugi.
Share:

Tuesday, 7 May 2013

Tuhan,Keluarga,Masyarakat dalam kini.

Dalam diri manusia ada titik lemah rasa iba kepada sesama-nya pada saat tertentu atau pada momen yang sangat menyentuh untuk timbul rasa iba.Lazimnya rasa iba muncul kepada situasi yang menyentuh hati dan perasaan namun kadang kala ada juga alasan untuk kita iba kepada orang lain.

Saya berpikir ada beberapa elemen dari manusia mengemukakan alasan untuk memperoleh rasa iba dari orang lain,ya kadang kita sebagai manusia harus mengemukakan alasan-alasan tertentu untuk menarik minat orang lain dengan iba-nya.
Parah-nya,kadang alasan-alasan ini sekarang digunakan untuk meraih iba yang disalah artikan...dalam artian dijadikan financial hoak atau penipuan. Ya,ini tak hanya terjadi dikalangan atas,pemerintahan atau Institut bahkan dikehidupan sehari-haripun terjadi.

Ada 3 elemen dari diri manusia yang sangat mahal dan sangat mudah meraih simpatik,3 elemen ini pula yang kadang disalah artikan untuk di 'perjual-belikan'.

--- Keluarga.
Manusia mana yang tidak belas kasihan kepada keluarganya,manusia mana juga tidak belas kasihan ketika bicara tentang keluarga.
Dan 'keluarga' sering dijadikan alasan untuk di 'perjual-belikan'.
Lihatlah alasan orang-orang disekitar kita ketika ada janji dan tidak bisa menepati-nya,mereka akan mengemukakan 'keluarga' sebagai senjata pelindung.
Belum lagi ketika seorang datang kepada kita untuk meminta tolong,mereka akan 'perjual-belikan' keluarga,demi apa yang mereka inginkan.

Contoh simple : ketika teman kita meminjam uang dan uang kita hanya pas-pasan kita masih berpikir untuk meminjamkannya namun ketika dia meminjam uang dengan alasan kepentingan keluarga,kita pasti langsung memberikannya dan ketika tak adapun kita mengusahakannya.

--- Masyarakat.

Masyarakat,lingkungan adalah sekitar kita,pergaulan kita,cara bersosial kita.
Dan masyarakat bernilai mahal untuk di 'perjual-belikan'.
Lihatlah berapa banyak Institut kemasyarakatan atau betapa berjamur-nya Organisasi masyarakat {ORMAS} yang sebenarnya hanya beberapa saja yang bermamfaat dan benar-benar memprjuangkan masyarakat.
Jangan tanya lagi,betapa masyarakat dijadikan Brand unggulan oleh Pemerintah dan antek-anteknya untuk di 'perjual-belikan'...Mereka akan berteriak 'DEMI MASYARAKAT' 'DEMI RAKYAT' 'DEMI UMAT' 'DEMI LINGKUNGAN' ketika mereka menginginkan sesuatu,ketika para pejabat ingin memperoleh jabatan tinggi,ketika kita ingin mengais iba kepada orang lain.
Ya,masyarakat adalah nilai jual yang sangat indah untuk dijadikan orang lain percaya kepada kita dan memberikan apa yang kita inginkan.

--- Tuhan

Suka atau tidak,pro atau kontra itulah kenyataan-nya.
Faktanya Tuhan adalah Best Seller dalam hal ini. Tuhan adalah nilai jual bagi mereka yang menginginkan rasa iba dari orang lain,menginginkan keinginannya terpenuhi.Tuhan tidak lagi hal sakral,yang sebenarnya terlalu frontal untuk disangkut pautkan dalam kehidupan.
Tuhan yang dulu hanya ada dalam lantunan dizir dan hal per-ibadatan,kini dikotori oleh kita.
Di perjual belikan demi kepentingan semata,untuk alasan-alasan tertentu.

Tengoklah,berapa banyak produk,brand yang meyematkan Tuhan beserta agamanya ke produk mereka.Dari mulai produk makanan,make up sampe gadget.
Mereka meyelipkan Tuhan dengan kedok Halal-nya,mereka memberi unsur Tuhan untuk menaikan nilai penjualan dan menarik minat.
Sadarilah,berapa kali kita berucap 'DEMI TUHAN' hanya untuk permasalahan sepele,menyakinkan orang lain atau memperoleh belas kasihan.Kita seakan menjual nama suci itu untung kepentingan sehari-hari,untuk sebuah nominal yang sangat kecil,rendah dan murah untuk nama-Nya.
Kita makhluknya yang seharusnya melantunkan nama-Nya untuk beribadah,kini beralih fungsi untuk kepentingan lain...Akh,betapa bodohnya kita.


Saya tak akan berteriak dan meminta kalian menilai bahwa saya tidak melakukan hal diatas,kita sama-sama nista,kita sama-sama tercebur di lembah kotor ini.
jangan pernah jadikan suatu ruang lingkup golongan lain untuk kepentingan diri kita,karna kita tidak tahu apa sebenarnya ruang lingkup tersebut.

Teory ini hanya buah pikir saya namun lihatlah ke sekitar kita,fenomana ini kini telah menjadi semacam trend dan gaya hidup.
Miris dan menjengkelkan.



Mifal Devils Lazy 85
















Share:

Monday, 6 May 2013

Bahasa yang mulai tak bermakna

Dulu sekitar tahun 2004-2005,saya punya pandangan bahwa pelajar yang pintar bahasa dan sastra terlihat genius dan smart,bahkan saya terobsesi untuk masuk Fakultas Sastra namun apa daya,hukum alam tidak sejalan.
Saya hanya kursus bahasa Indonesia dan sastra diwaktu senggang itu pun dengan system yang super kanjrut tapi syukur setidak-nya saya tahu dasar-dasar ilmu tersebut.

Sekitar tahun 2005 banyak pelajar muda yang menggilai sastra di daerah saya,bisa dikatakan waktu itu hampir rata-rata dikelas saya punya buka Ghail Ghibran,Chail Anwar atau sastrawan lainnya.
Ada yang benar-benar ingin mempelajari,ada juga yang sekedar ikut-ikutan trend lebih parah yang hanya ingin menguasai sastra untuk membuat puisi indah teruntuk lawan jenis-nya.
Tapi setidaknya waktu dulu mereka tahu akan dasar-dasarnya,mengerti arti kata,penempatan kosa kata yang pas dan mempraktekkannya.

Kita pasti ingat sekitar tahun itu,musik yang kita dengarkanpun kebanyakan memakai sastra...
tak percaya??? coba dengar lagi lagu-lagu Ada band,Padi,Peterpen dan Sheila on 7,belum lagi master peace-nya DEWA19.
Apa jadinya jika kita tidak memahami arti dari kata-kata lagu yang kita dengarkan?? seperti berbicara dengan orang beda bahasa. Tak tahu makna


Tahun berganti....

Lihatlah sekarang apa yang terjadi,pelajar jangankan minat mempelajari Sastra,belajar bahasa Indonesia saja ogah-ogahan,nilai-pun dibawah rata-rata.
Pada akhir-nya perpindahan makna pun mulai terjadi,kosa kata diartikan dengan salah.Belum lagi ada istilah-istilah baru yang tidak ada di kamus besar Indonesia dan dipakai di forum Formal pula.
Mereka hanya tahu kata yang 'lazim' tanpa cek kebenaran dan mempelajari-nya,kata 'baku' mulai beralih fungsi.


Perpindahan arti kosa kata...
Dari makna yang asli ke terjemahan plagiaters...
Kata 'sukses' pun kini,berbindah arti ke bebas-nya finansial.
Are you,drunk?

Kata 'bahagia' pun,kini telah hampir disama artikan dengan senang.
Kosa kata yang entah dipelajari dimana oleh mereka.

Dan yang lebih keji...
kata 'Galau' pun kini telah dicederai dengan makna yang lemah dan keterpurukan.
Dulu kata 'Galau' adalah simbol penyelipan kata disetiap kata 'elegi'.
Kini kata 'Galau' identik dengan patah hati.
Silahkan cek kamus atau cek nilai bahasa Indonesia,anda.


Ah,sungguh dunia ini semakin tua semakin memburuk.



Mifal Devils Lazy 85











 
Share:

Thursday, 2 May 2013

Hardiknas

Selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei.

Pendidikan adalah milik bersama,pemersatu golangan.
Pendidikan milik pemuda,tua,kaya,miskin,pintar dan bodoh.
Pendidikan bukan tentang sekolah,kampus dan tempat kursus.pendidikan adalah diri kita,sekitar kita dan lingkungan kita.
Pendidikan adalah dimulai dari sikap,intelejen dan Attitude,bukan hanya Skill mumpuni,bukan hanya IQ tinggi tapi EQ juga.
Pendidikan adalah proses perkembangan,belajar dari kesalahan dan mengakui ke-jeniusan.
Pendidikan bukanlah ilmu pasti...
Pendidikan bukan hanya tentang penjabaran soal beserta jawaban...
Pendidikan bukan arena adu persaingan...

Pendidikan adalah hak kita,kewajiban kita dan Cerminan pribadi kita.
Pendidikan butuh aku,kamu,kalian,mereka dan kita untuk perubahan ke arah lebih baik.

Mifal Devils Lazy 85.
Share: